Imbas Corona, Pilot Pesawat Jumbo A380 Qantas Menjadi Sopir Bus: Butuh Penyesuaian Diri dan Tantangan

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 24/Nov/2020 16:53 WIB
A380 Qantas.(ist) A380 Qantas.(ist)

SYDNEY (BeritaTrans.com) - Pilot-pilot dari pesawat jumbo A380 Qantas Airlines harus beralih kerjaan menjadi sopir bus. Cerita ini menambah kisah sedih dari dunia penerbangan gegara pandemi.

Diketahui bahwa pesawat-pesawat jumbo harus terkena imbas yang begitu dalam, terutama untuk jenis Boeing 747 dan Airbus 380. Inilah kisah yang menyedihkan, mengharukan, namun menginspirasi.

Baca Juga:
Tabrakan 2 Pesawat Temput Ukraina, 3 Pilot Tewas

Banyak pilot Qantas yang dirumahkan tanpa batas waktu. Hantaman pandemi virus Corona bisa dibilang ini lebih terasa di Australia karena Qantas menghentikan penerbangan jarak jauhnya.

Maskapai ini telah menyimpan sebagian besar pesawat jarak jauhnya di California. Semua pesawat jumbo A380 telah disimpan, tanpa rencana untuk menerbangkannya dalam beberapa tahun mendatang.

Baca Juga:
Ini Dia Pesawat Raksasa, Sekali Isi BBM Full Tank Rp 1,5 Miliar

Sebagian besar pesawat 787 telah disimpan dan sementara ini kemungkinan besar akan diaktifkan kembali sebelum A380. Setidaknya perlu satu tahun sebelum pesawat ini terbang lagi.

Akibatnya, Qantas juga meng-grounded sebagian besar pilotnya. Jadi tiada yang tahu kapan mereka akan dipanggil kembali.

Baca Juga:
Viral! Pilot SpiceJet Bikin Penumpang Terpingkal dengar Pidatonya Jelang Penerbangan

Mengutip pemberitaan One Mile at a Time, Jumat (13/11/2020), sebanyak 13 pilot Qantas telah menjadi sopir bus. Mereka mengemudikan bus reguler.

Program berita Australia, The Project yang diproduksi Channel 10 Australia mengadakan wawancara yang menarik dengan dua pilot Qantas yakni Kapten Peter Cairns dan Kapten Peter Robert. Mereka membicarakan tentang perjalanan mereka selama pandemi.

Jika digabungkan, ada dua pilot yang telah menghabiskan 62 tahun menerbangkan pesawat. Salah satunya adalah kapten A380 Qantas yang pernah mengirimkan A380 pertama 12 tahun lalu, yang merupakan puncak karirnya.

Satunya lagi adalah pilot pertama A380 Qantas yang menerbangkan penerbangan A380 terakhir dari London. Dia berbicara tentang bagaimana dia merasa emosional ketika tahu itu mungkin terakhir kali dia menerbangkan pesawat.

Kedua pilot menerbangkan Qantas A380 ke Gurun Mojave beberapa bulan lalu untuk penyimpanan jangka panjang. Rasa emosional ketika mendengar kapten A380 berbicara tentang pengalamannya menerbangkan pesawat ke gurun itu.

"Saya pikir pergi ke Mojave mungkin salah satu hal yang paling sulit, Anda tahu, mengambil pesawat pertama dan saya yang kirim ke gurun juga. Dan mungkin akan tetap di sana, tidak akan kembali, kita semua menangis," kata Kapten Peter Robert sambil berupaya menahan tangis.

"Anda tahu, ada 10 pesawat A380 yang diparkir di Victorville, diparkir di tanah. Kemudian Anda menjauh dari 10 pesawat kami, di sana ada 700 atau 800 pesawat," imbuh dia.

Kini, kedua pilot itu beralih profesi menjadi sopir bus. Mereka berbicara tentang bagaimana mereka menginginkan suatu tujuan dan sebaliknya berada di rumah, dan ini adalah kesempatan yang diberikan kepada mereka.

Bagaimana rasanya menerbangkan Airbus dibanding dengan mengendarai bus?

Para pilot berbicara tentang bagaimana menerbangkan pesawat membutuhkan konsentrasi untuk waktu yang singkat. Kemudian para pilot kadang-kadang bisa istirahat dan bahkan dapat menonton film

Sementara itu, mengemudikan bus membutuhkan konsentrasi untuk jangka waktu yang lama. Salah satu pilot bahkan mengatakan bahwa dia berharap ketika dia secara resmi pensiun dari Qantas dia dapat kembali menjadi pengemudi bus.

Kabar tersebar di antara pilot tentang adanya peluang yang sama. Begitulah cara mereka membuat begitu banyak pilot menjadi sopir bus.

Intinya, sikap positif dan kemauan untuk menyesuaikan diri dengan tantangan yang ada benar-benar menginspirasi. Semoga orang-orang ini segera menerbangkan lagi pesawat A380.(fhm/sumber:detiktravel)