Kondisi Keuangan Memburuk, PHRI DKI: Banyak Hotel Dijual

  • Oleh : Redaksi

Senin, 18/Janu/2021 00:06 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta mengungkapkan sebagian pengusaha sektor perhotelan mulai menjual hotel miliknya karena memburuknya kondisi keuangan perusahaan akibat tekanan pandemi Covid-19.

Ketua BPD PHRI Sutrisno Iwantono menuturkan, pemicu tekanan pada kinerja keuangan adalah tingkat keterisian (okupansi) hotel yang tergerus selama wabah virus corona. Ia menggambarkan, dari sekitar 56 persen keterisian kini menjadi di bawah 20 persen.

Baca Juga:
Mantap, Okupansi Hotel Saat Libur Imlek dan Isra Miraj Tembus 80 Persen

Imbasnya, pemasukan hotel pun berkurang, sedangkan beban operasional masih berlanjut.

"Kita bisa lihat di macam-macam publikasi itu banyak sekali hotel-hotel yang mulai dijual," tutur Sutrisno dalam diskusi Industri Hotel dan Restoran Bangkit di 2021, Minggu (17/1/2021).

Baca Juga:
Angkasa Pura Hotel Kembangkan Bisnis Wisata Edukasi Kedirgantaraan

Namun begitu, Sutrisno mengaku belum mengantongi angka pasti jumlah pengusaha yang menjual aset hotelnya tersebut. Meskipun dijual, ia mengklaim jika pekerja hotel tidak mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

"Hotel tetap operasi tapi dikelola pihak lain, jadi pekerja masih tetap punya pekerjaan, di situ bukan berarti hilang pekerjaan. Tapi, yang sudah jelas adalah yang dirumahkan ini sudah mulai banyak sejak April lalu," imbuh dia lagi.

Baca Juga:
Desember 2021, Metland Buka Hotel Bintang Empat Dekat Bandara Kertajati

Menurut Sutrisno, kondisi industri hotel dan restoran masih terpuruk dan belum mengalami pemulihan berarti. Pasalnya, tingkat penularan Covid-19 yang masih tinggi membuat sebagian masyarakat cenderung menahan diri untuk bepergian.

Infografis Proyeksi Ekonomi 6 Negara APEC di Tengah Wabah CoronaInfografis Proyeksi Ekonomi 6 Negara APEC di Tengah Wabah Corona. (CNN Indonesia/Fajrian)

Kondisi tersebut tercermin dari libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021 lalu yang tidak berdampak signifikan pada sektor perhotelan dan restoran.

"Kalau saya dengar tidak terlalu besar dan signifikan karena orang yang seharusnya mau ke Bali diwajibkan antigen yang rumit, sehingga waktu itu ada sekitar 133 ribu lebih dari tiket yang terpaksa dibatalkan tidak bisa ke Bali, dan banyak pesanan hotel yang terpaksa dibatalkan," ungkap dia.

Ironisnya, lanjut Sutrisno, beberapa hotel tetap beroperasi meskipun merugi. Tujuannya, bukan lagi mengejar profit melainkan hanya untuk meminimalkan kerugian, dibandingkan tidak beroperasi sama sekali.

Itu sebab ia berharap agar pemerintah serta masyarakat secara umum bisa bahu membahu menghentikan penularan virus corona, sehingga aktivitas masyarakat kembali pulih.

"Yang penting kaleng bocor ini ditambal dulu, yang saya sebut dengan kaleng bocor itu virusnya dihentikan dulu," ucap dia lagi.

(jasmine/sumber: xnnindonesia.com).