Terusan Suez Terblokir, Kapal Antre di Laut Tengah dan Laut Merah

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 25/Mar/2021 13:28 WIB
Kru kapal berada di belakang kapal Ever Green, yang kandas melintang di Terusan Suez. Foto: AP. Kru kapal berada di belakang kapal Ever Green, yang kandas melintang di Terusan Suez. Foto: AP.

KAIRO (BeritaTrans.com) - Kapal kontainer setinggi gedung pencakar langit terjebak di Terusan Suez, Mesir, dan memblokir semua lalu lintas jalur air vital itu, kata para pejabat, Rabu (24/3). Itu akan mengganggu sistem pengiriman global yang terkendala akibat pandemi virus corona.

MV Ever Given, kapal berbendera Panama yang membawa kargo dengan jalur Asia dan Eropa, kandas hari Selasa di kanal sempit buatan manusia itu, yang memisahkan benua Afrika dari Semenanjung Sinai.

Baca Juga:
Kapal Kargo MV Glory Kandas di Terusan Suez, Bawa Jagung dari Ukraina ke China

Data dari MarineTraffic.com menunjukkan lonjakan lalu lintas di perairan itu mulai hari Selasa dan hingga Rabu setelah saluran diblokir.

Sejumlah kapal tunda hari Rabu (24/3) berupaya keras mencoba mendorong penghalang keluar sementara kapal-kapal lain berharap dapat memasuki jalur dan mulai terjadi antrean di Laut Tengah dan Laut Merah.

Baca Juga:
Kapal Kontainer Mumbai Maersk Dibebaskan dari Kandas

Namun masih belum jelas kapan rute itu, yang dilalui sekitar 10% arus perdagangan dunia dan jalur pengangkutan minyak sangat penting itu, akan dibuka kembali.

Seorang pejabat memperingatkan itu bisa memakan waktu sedikitnya dua hari. Sementara itu, muncul kekhawatiran kapal-kapal yang tidak beroperasi dapat menjadi sasaran serangan.

Baca Juga:
Kapal Sering Tersangkut di Terusan Suez, ini Penyebab Utamanya

Tidak jelas penyebab kapal Ever Given itu terjepit pada Selasa pagi. GAC, perusahaan pelayaran dan logistik global, mengatakan kapal itu mogok, tetapi tidak ada penjelasan lebih lanjut.

Pusat manajemen kapal Bernhard Schulte membantah mesin kapal itu mati.

Evergreen Marine Corp., sebuah perusahaan pelayaran besar berbasis di Taiwan yang mengoperasikan kapal tersebut, menjelaskan dalam sebuah pernyataan bahwa Ever Given menghadapi angin kencang ketika memasuki kanal itu dari Laut Merah namun tidak ada peti kemas yang tenggelam.

Seorang pejabat Mesir, yang berbicara kepada kantor berita Associated Press dengan tidak menyebut identitas karena tidak berwenang memberikan pengarahan singkat kepada sejumlah wartawan, juga menyalahkan angin kencang. Prakiraan cuaca Mesir menyatakan angin kencang dan badai pasir melanda daerah itu hari Selasa (23/3), dengan kecepatan angin hingga 50 kilometer per jam. 

Tentang Terusan Suez

Dilansir Channel News Asia, Kamis (25/3/2021), ketika kanal permukaan laut tersebut pertama kali dibuka pada 1869, panjangnya 164 km dan kedalaman 8 meter. Itu bisa menampung kapal hingga sekitar 4.500 ton hingga kedalaman 6,7m yang merupakan sebagian besar armada dunia pada saat itu,. 

Pada 1887, kanal itu dimodernisasi untuk memungkinkan navigasi pada malam hari, yang menggandakan kapasitasnya. Baru pada 1950-an jalur air tersebut secara substansial diperluas, diperdalam dan diperpanjang, mengikuti permintaan dari perusahaan pelayaran.

Saat dinasionalisasi oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser pada 1956, panjangnya 175 km dan kedalaman 14m, dan dapat membawa kapal tanker dengan kapasitas sekitar 27.000 ton hingga kedalaman 10,7 meter. 

 Perluasan besar-besaran pada 2015 membuat panjang jalur air menjadi 193,3 km dan kedalamannya menjadi 24 meter. Itu berarti kanal tersebut dapat menangani supertanker dengan kapasitas sekitar 217.000 ton, beberapa yang terbesar di dunia, yang mencapai kedalaman 20,1m di dalam air. 

Pada 2019, sekitar 50 kapal menggunakan kanal tersebut setiap hari, dibandingkan dengan tiga kapal pada 1869. Lalu lintas diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat pada 2023, dengan sirkulasi dua arah juga mengurangi waktu tunggu. 

Mayoritas minyak yang diangkut melalui laut melewati Terusan Suez, yang merupakan penyeberangan tercepat dari Samudera Atlantik ke Samudera Hindia, tetapi membutuhkan biaya yang besar. 

Perjalanan antara pelabuhan di Teluk dan London, misalnya, secara kasar dibelah dua dengan melalui Suez, dibandingkan dengan rute alternatif melalui ujung selatan Afrika. 

Sebagian besar kargo yang bepergian dari Teluk ke Eropa Barat adalah minyak. Sebaliknya, sebagian besar barang-barang manufaktur dan biji-bijian dari Eropa dan Amerika Utara menuju ke Timur Jauh dan Asia.