Maskapai Penerbangan Babak Belur, AirAsia Rugi Rp 8,5 Triliun

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 31/Mar/2021 16:26 WIB


Jakarta, (BeritaTrans.com) -  Nasib buruk maskapai penerbangan terus terjadi. AirAsia Group mencatatkan kerugian pada kuartal akhir di tahun lalu seiring dengan depresiasi dan dampak penguncian (lockdown).

Maskapai low cost carrier itu menyebut pada Oktober hingga Desember 2020, kerugian perusahaan melebar menjadi RM 2,4 miliar (sekitar Rp 8,5 triliun). Ini melampaui jejak pendapat Refinitiv sekitar RM 1,33 miliar dan kerugian tahun lalu RM 34,4 juta.

Baca Juga:
Promo Terus, Kali Ini Indonesia AirAsia kasih Hemat 20% pada Rute Internasional

Pendapatan juga turun 92% menjadi RM 267,4 juta ringgit. Kapasitas penumpang yang menyusut menjadi penyebab, terutama karena perbatasan internasional yang ditutup di Malaysia, Indonesia dan Filipina.

"Sebagian besar kerugian untuk periode tersebut berkaitan dengan depresiasi (aset hak pakai) dan bunga atas kewajiban sewa sebesar 654,2 juta ringgit," kata maskapai itu dikutip dari Channel News Asia, Selasa (30/3/2021).

Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Ruang dan Bandara Samratulangi Ditutup Sementara, 2 Penerbangan IAA Rute Kinabalu Dibatalkan

Sementara itu, utang AirAsia Group juga tercatat melonjak hampir tiga kali lipat dari RM 428,9 juta menjadi RM 1,28 miliar pada 31 Desember 2020. Kebanyakan akibat merosotnya penumpang dibandingkan 2019 sehingga tingkat keterisian pesawat menjadi 67 persen.

Meski demikian, Bos AirAsia Group Tony Fernandes menyatakan perusahaannya masih optimistis bisa pulih dua tahun ke depan. Ia pun meyakini perjalanan luar negeri akan normal lagi pada semester kedua tahun ini sejalan dengan program vaksinasi massal.

Baca Juga:
Selama Libur Lebaran, Indonesia AirAsia Angkut 310.000 Penumpang

(lia/sumber:cnbcindonesia.com)