Sopir Sempati Star Ini Nginap di Terminal, Tidur di Kursi Bus, Badan Sampai Pegal

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 22/Jun/2021 16:57 WIB
Pengemudi bus Sempati Star, Idris 42 tahun saat menaikkan penumpang di Terminal Bekasi. Pengemudi bus Sempati Star, Idris 42 tahun saat menaikkan penumpang di Terminal Bekasi.

BEKASI (BeritaTrans.com) - Menanti jadwal keberangkatan berhari-hari, para kru bus harus terpaksa tidur di dalam bus dengan beralaskan kursi penumpang juga terkadang beristirahat di bagasi kolong bus dengan alas karton saja. 

Kondisi tidur seperti itu tentu membuat kondisi badan sewaktu bangun akan merasakan pegal atau sakit dan lelah tidak terbobati. Hal itulah yang harus dialami oleh pengemudi bus Sempati Star jurusan Medan-Jakarta. 

Baca Juga:
Terminal Bekasi Ramai Dipadati Penumpang Akhir Tahun

"Kita malam tidur ya di kursi(penumpang) ini lah, makanya kalau pagi rasanya enggak nyenyak, pegal-pegal yang ada," kata Idris di Terminal Bekasi, Selasa (22/6/2021). 

Kepada BeritaTrans.com dan Aksi.id dia meminta mengenai informasi tempat tinggal murah di seputaran terminal. Jika ada, Idris akan lebih memilih tinggal di tempat yang laik dari pada harus tidur di busnya. 

Baca Juga:
Mbak Wiwit Sopir Bus PO MTI, Baru Kerja 5 Hari Gajinya Fantastis

Tempat tinggal itu tentunya nantinya akan dimanfaatkan bukan hanya untuk dirinya tetapi sesama kru Sempati Star lain. 

"Tidur kayak gini enggak enak. Kalau ada kos-kos murah bolehlah kita ambilkan. Untuk istirahat dari pada di sini," ceritanya. 

Baca Juga:
Ramai Pemudik, Tiket Bus Beberapa PO di Terminal Bekasi Sudah Habis

Beberapa terminal memang menyiapkan ruang istirahat bagi kru, tapi kondisi banyak yang tidak laik. Seperti Terminal Pulo Gebang, kru harus berjauhan dengan parkiran bus, kondisi itu membuat khawatir jika unitnya ada kejadian hal yang tidak diinginkan, seperti kecurian perangkat dan lain sebagainya, karena parkiran terminal dirasa sepi. 

Warga Ulee Gle, Aceh ini dalam sebulan dia bisa tiga kali pulang pergi (PP) Medan-Jakarta. Sekali PP bus akan menghabiskan waktu selama delapan hari, termasuk menginap atau perpal dua hari. 

Saat ditemui, Idris menceritakan bus dua malam sudah perpal di Terminal Kampung Rambutan dan kemudian ke Bekasi untuk menetemkan bus atau bisa dikatakan untuk melakukan awal perjalanan dari Jakarta. Semua Bus Sempati Star akan melakukan awal perjalanan menaikkan penumpang dari Terminal Bekasi.

"Kampung Rambutan itu lebih nyaman, parkiranya belok-belok busnya luas, ada pohon-pohon. Agak enaklah di sana," celotehnya. 

Walau lebih nyaman para kru tetap beristirahat di bus, belum lagi ada nyamuk yang ada di mana saja saat malam. 

Jika di Medan, bus akan berada di gudang PO, di sana bus lebih terjamin keamanan. Mengenai tempat tinggal, Idris juga mengontrak rumah di kawasan gudang PO di Sunggal. 

Menjadi pengemudi bus lintas dan menjalani trayek terjauh harus rela meninggalkan keluarga termasuk anak-anaknya yang tahun ini akan sekolah semua. 

Bapak tiga anak ini, mengungkapkan akan pulang kampung setiap tiga bulan selalu untuk ketemu keluarga. 

"Saya pulang ke Ulee Gle kadang tiga bulan sekali," katanya. 

Idris menceritakan dia dan istirny dan akannya yang terakhir harus berpisah tinggal dengan kedua anaknya yang sudah sekolah di Aceh bersama saudara di sana. Hal itu karena biaya pendidikan di Aceh yang gratis. 

"Anak-anak yang sekolah tinggal di Aceh. Yang besar kelas dua SMP, yang ke dua mau naik kelas empat SD, yang kecil sebentar lagi mau masuk TK di Medan," katanya. 

Mengendarai bus dengan kelas Patas VIP diungkapkan Idris memanglah tercepat. Dia mampu menempuh waktu selama 48-50 jam untuk Medan Jakarta. Namun, dalam satu kali PP perjalanan harus ditempuh selama delapan hari. 

"Itu karena, pas bus kami sampai, ada dua bus lagi di depan kami harus berangkat," katanya. 

Saat pandemi seperti ini penumpang bus, diungkapkan Idris sangat menurun. (Fahmi)