Banjir `Sekali dalam Seratus Tahun` di Malaysia, 5 Hari Tak Surut

  • Oleh : Fahmi

Rabu, 22/Des/2021 12:20 WIB
Sejumlah kendaraan terendam banjir di Shah Alam, Malaysia, 18 Desember 2021. Ashraf Noor Azam/via REUTERS Sejumlah kendaraan terendam banjir di Shah Alam, Malaysia, 18 Desember 2021. Ashraf Noor Azam/via REUTERS

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Sejumlah titik di Malaysia masih terendam banjir usai hujan deras sejak Jumat pekan lalu. Begitu parah, pejabat setempat sampai menyebut hujan seperti ini terjadi "sekali dalam seratus tahun." 

Koordinator Pendidikan Sosial Budaya KBRI Kuala Lumpur, Yoshi Iskandar, mengatakan bahwa beberapa area di Kuala Lumpur, Selangor, Pahang, dan Kelantan masih terendam banjir. 

Baca Juga:
Banjir Rendam Jalan Taman Narogong Indah Pengasinan Bekasi, Aktivitas Sepi

"Kalau yang masih di Selangor ada di Sri Muda, ada juga yang di (Kampung Baru) Hicom itu masih tergenang," ujar Yoshi saat dihubungi wartawan, Selasa (21/12/2021). 

Selain itu, wilayah Kelantang dan Pahang juga masih terendam banjir. Menurut dia, daerah ini kerap dilanda banjir sehingga lebih siap menangani bencana. 

Baca Juga:
Analisa BMKG Mengenai Gempa di Turki: Jadi Warning bagi Indonesia

Sementara itu, kata Yoshi, banjir di sejumlah wilayah lainnya sudah mulai surut. 

Hujan lebat yang mengguyur Malaysia disebut menjadi pemicu banjir ini. Curah hujan di Kuala Lumpur bahkan mencapai 2.400 mm, setara dengan curah hujan rata-rata dalam satu bulan. 

Baca Juga:
Hujan Lebat di Brazil Tewaskan 36 Orang dan Ratusan Warga Ngungsi

Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan dan Perairan Malaysia, Zaini Ujang, mengatakan hujan deras yang terjadi Jumat pekan lalu itu berlangsung lebih dari 24 jam. 

"Ini sesuatu di luar perkiraan kami dan hanya terjadi sekali dalam seratus tahun," kata Ujang seperti dikutip Channel NewsAsia. 

Dia juga menekankan faktor penyebab hujan karena pergerakan angin muson dan tekanan rendah cuaca. 

Para pengamat menyebut banjir disebabkan perubahan iklim. Mereka juga mengeluhkan kekurangan mitigasi dini pemerintah sehingga bencana tak bisa ditangani lebih baik. 

Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, mengakui banyak kelemahan koordinasi antarlembaga dalam penanganan banjir ini. 

"Saya tak menampik (kelemahan) dan akan berusaha lebih baik di masa mendatang. Tanggung jawab bukan hanya di pemerintah pusat, tapi juga pemerintah negara bagian dan distrik sebagai garis depan," ucap Ismail. 

Selama banjir, warga mengeluhkan kekurangan bantuan pemerintah. Mereka pun menggemakan tagar #DaruratBanjir untuk saling memberi pertolongan sesama warga. 

Sejauh ini, tercatat 14 korban yang meninggal dan 70 ribu warga dievakuasi akibat banjir di Malaysia. (sumber:CNN)