14 Awak Kapal China Dibajak di Gabon Bebas Setelah Bayar Tebusan Rp 4,3 Miliar

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 09/Mar/2021 23:00 WIB
Foto:ilustrasi/istimewa/the guardian Foto:ilustrasi/istimewa/the guardian

NIGERIA (BeritaTrans.com) - Angkatan Darat Nigeria membebaskan 14 awak kapal ikan China dari pembajak pada Sabtu, setelah sebulan ditawan.

Letkol Mohammed Yahaya menyampaikan kepada AFP, tebusan sebesar USD 300.000 atau sekitar Rp 4,3 miliar dibayarkan sebelum kru dibebaskan.

Baca Juga:
Kapal Penumpang Bawa Keluarga dari Pesta Pernikahan Tenggelam di Sungai Nigeria, 103 Orang Tewas

Kapal ikan China, terdaftar di Gabon, dibajak menggunakan kapal berkecepatan tinggi di lepas pantai Port-Gentil di Gabon pada 7 Februari dan awaknya - enam warga negara China, tiga warga Indonesia, seorang warga negara Gabon, dan empat warga Nigeria - diculik.

Kapal tersebut, dengan awak masih berada di dalamnya, terlihat sekitar 110 km (68 mil) dari pulau Bonny di Nigeria beberapa hari setelah serangan.

Baca Juga:
17 WNI Jadi Korban Kapal Ikan China Terbalik di Samudera Hindia, Kemlu: 7 Jenazah Sudah Ditemukan

Konsultan keamanan maritim Dryad Global mengatakan kapal China yang dibajak itu digunakan sebagai "kapal induk" untuk serangan terhadap kapal tanker minyak.

Menyerang kapal untuk menculik awaknya untuk mendapatkan uang tebusan hal biasa di Teluk Guinea, yang membentang dari Senegal ke Angola, sampai di pantai barat daya Nigeria.

Baca Juga:
Insiden Kapal Ikan China Terbalik di Samudra Hindia: Tidak Ada yang Selamat, Termasuk WNI?

Pelakunya biasanya adalah bajak laut Nigeria.

Teluk Guinea menyumbang lebih dari 95 persen dari seluruh kasus penculikan maritim tahun lalu - 130 dari 135 kasus - menurut Biro Maritim Internasional (IMB), yang memantau keamanan di laut, dikutip dari Al Jazeera, Senin (8/3).

Menurut IMB, wilayah tersebut mencatat peningkatan 40 persen kasus pembajakan dan penculikan selama sembilan bulan pertama 2020.

Para ahli menunjuk ke Delta Niger di Nigeria sebagai sumber utama perekrutan bajak laut. Kekayaan minyak di kawasan itu tidak menguntungkan penduduk setempat yang juga mendapati sektor ekonomi tradisional mereka seperti perikanan dan pertanian rusak akibat polusi dari ekstraksi minyak.

Dipengaruhi oleh kemiskinan, penduduk setempat adalah lahan subur bagi geng bajak laut untuk merekrut prajurit dan bersembunyi di antara perompakan.(amt/sumber:merdekanews.com)