AS-Rusia Kembali Memanas, Joe Biden dan Putin Saling Tuduh

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 21/Mar/2021 09:05 WIB


Jakarta (BeritaTrans.com) - Perselisihan antara Amerika Serikat dan Rusia kembali memanas setelah Presiden AS, Joe Biden, menuduh negara itu mencoba merusak pelaksanaan pemilihan umum pada 2020 lalu.

Biden bahkan melontarkan kalimat ancaman untuk Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ancaman itu disampaikan Biden dalam wawancara dengan stasiun televisi ABC News terkait laporan intelijen AS soal rencana Rusia merusak pemilihan presiden AS pada 2020 lalu.

Baca Juga:
Top Secret! Biden & Xi Jinping Sewa Full 1 Hotel di Bali

Dalam wawancara itu, Biden mengatakan Putin sebagai 'pembunuh' dan akan membayar harga karena mencoba merusak pencalonannya dalam pilpres kemarin.

"Kami sebenarnya kenal lama. Dia dan saya, saya cukup mengenalnya. Tapi sekarang, pembicaraan dimulai, saya berkata, 'Saya mengenal Anda dan Anda mengenal saya. Jika saya menetapkan ini terjadi, maka bersiaplah," kata Biden seperti dikutip dari AFP, Kamis (18/3) lalu.

Baca Juga:
2 Putri Putin Jadi Target Sanksi Amerika

Pernyataan Biden tersebut langsung memantik reaksi dari Moskow. Rusia memutuskan menarik duta besarnya dari Washington sebagai reaksi atas pernyataan Biden itu.

Menurut laporan terpadu komunitas intelijen AS, Rusia mencoba merusak pemilu dan pilpres Negeri Paman Sam dengan melakukan operasi untuk memojokkan pencalonan Presiden Biden dan Partai Demokrat, mendukung mantan Presiden Donald Trump, merusak kepercayaan publik dalam proses pemilu, dan memperburuk perpecahan sosiopolitik di AS.

Baca Juga:
Uni Eropa Akan Masukkan 2 Putri Putin ke Daftar Hitam Sanksi Terkait Ukraina

Kondisi itu diperburuk dengan kasus yang membelit aktivis Rusia, Alexei Navalny. Dia diduga hendak dibunuh dengan cara diracun oleh agen intelijen Rusia karena aktivitasnya yang kerap mengkritik rezim Putin.

Navalny diduga diracun dengan zat saraf Novichok. Senjata kimia itu dikembangkan di masa Uni Soviet dan hanya bisa diakses oleh militer dan intelijen.

Diduga kuat kalangan pejabat tinggi Rusia hingga Putin juga mengetahui tentang rencana untuk menghabisi Navalny.

Navalny yang dirawat sekitar dua bulan di Jerman langsung ditangkap ketika kembali ke Rusia. Dia dituduh melanggar bebas bersyarat dan dijerat dengan beragam perkara lain.

AS selama ini juga selalu mendukung kegiatan Navalny dan kelompoknya untuk mengungkap borok pemerintahan Putin, terutama soal korupsi. Mereka lantas menjatuhkan sanksi kepada sejumlah pejabat dan lembaga Rusia yang diduga terlibat dalam kasus itu.

Terkait dengan perseteruan itu, Putin menantang Biden untuk berbicara empat mata secara virtual dan langsung disiarkan publik setelah dirinya disebut "pembunuh".

Putin menganggap pernyataan Biden hanya bualan taman kanak-kanak.

Dia mengatakan terakhir kali berbicara dengan Biden melalui telepon atas permintaan Gedung Putih pada 26 Januari lalu, beberapa hari usai Biden dilantik sebagai Presiden AS.

Putin pun menyebut Biden munafik. Ia mengatakan Biden telah menuduhnya melakukan sesuatu yang sebenarnya dilakukan oleh sang presiden AS sendiri.

Putin juga menyinggung tentang sejarah AS, di mana penduduk Amerika telah melakukan genosida dan perbudakan terhadap orang kulit hitam. Ia juga mengatakan AS lah yang menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada akhir Perang Dunia II.

(lia/sumber:cnnindonesia.com)