Pengemudi Bus Gunung Mulia Menangis karena Tak Bisa Berlebaran dengan Keluarga

  • Oleh : Bondan

Senin, 10/Mei/2021 16:38 WIB
Bus Gunung Mulia di pool yang berada di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Senin (10/5/2021). Foto: BeritaTrans.com. Bus Gunung Mulia di pool yang berada di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Senin (10/5/2021). Foto: BeritaTrans.com.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Adanya larangan mudik lebaran 2021. Sejumlah penyedia jasa transportasi bus antarkota antarpropinsi (AKAP) terkena imbasnya.

Mereka harus menerima nasib yang mengakibatkan menurunnya jumlah atau sama sekali tidak ada calon penumpang.

Baca Juga:
Terminal Kepuhsari Jombang Hanya Berangkatkan Sedikit Bus saat Libur Panjang

Apalagi, sejumlah bus AKAP sudah berhenti beroperasi sejak 6 Mei 2021. Namun, tidak hanya penyedia jasa transportasi saja yang merasakan dampaknya. Tapi juga berimbas kepada kru bus itu sendiri.

Dani, asal Solo, Jawa Tengah sudah 1 tahun sebagai pengemudi bus Gunung Mulia. Foto: BeritaTrans.com.

Baca Juga:
Lika-Liku Perjalanan Bus ALS Bekasi ke Medan, Lalui Lintas Tengah Sumatra Berhari-Hari

Seperti Dani, pria asal Solo, Jawa Tengah ini yang sudah satu tahun bergabung di PO Gunung Mulia sebagai pengemudi juga  merasakan dampak tersebut.

“Sedih mas, dengan adanya larangan mudik sekarang. Biarpun Gunung Mulia bisa jalan dengan stiker khusus dari perhubungan, dengan penumpang wajib membawa surat-surat kelengkapan untuk jalan. Tetap saja nggak ada penumpangnya,” katanya kepada BeritaTrans.com di pool Gunung Mulia Pulo Gadung, Jakarta, Senin (10/5/2021).

Baca Juga:
Sopir Jaklingko dan Pengurus Bus AKAP Cekcok di Terminal Lebak Bulus, Begini Kronologinya

Dia juga mengeluhkan selama pelarangan mudik lebaran sekarang, tidak ada penghasilan yang ia dapatkan selama larangan mudik berlangsung.

“Pemerintah melarang mudik, bagaimana buat keluarga untuk sehari-hari. Apalagi tahun kemarin nggak boleh mudik. Masa sekarang ya nggak boleh lagi mudik. Apalagi saya sebagai sopir penghasilannya nggak seberapa,” keluhnya.

Tidak hanya itu saja, Dani juga merasa sedih di kala larangan mudik sekarang yang membuat dirinya tidak bisa berkumpul bersama keluarga.

“Terkadang saya nangis sendiri. Saya punya orang tua, apalagi ketemu orang tua itu penting. Kedua juga saya perantau jarang ketemu anak dan istri. Kita silaturahmi setahun sekali saat lebaran. Syukur-syukur kalau tahun ini masih bisa ketemu. Kalau tahun besok nggak boleh mudik lagi, nggak ketemu lagi gimana dong. Inikan bus punya stiker khusus. Kalau ada penumpang yang naik kita berangkat kalau nggak ada yah tinggal disini saja. Nggak ketemu keluarga di kampung,” pungkas Dani. (dan)