Kapal Kargo KM Liberty I Tenggelam di Perairan Bali, 7 ABK Hilang, Seorang Ditemukan Wafat

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 28/Okt/2021 05:52 WIB


DENPASAR (BeritaTrans.com) - Kapal kargo KM Liberty l disebut tenggelam di perairan utara Bali usai dihantam gelombang setinggi 5 meter. Sembilan anak buah kapal (ABK) pun hilang dalam kecelakaan dekat lokasi tenggelamnya kapal selam KRI Naggala 402 iru.

Baca Juga:
Kapal LCT Bora V Tenggelam di Sulut Sudah Ditemukan, 10 Orang Selamat, 2 Meninggal dan 6 Masih Hilang

"Jadi, informasi dari nakhoda kapal sendiri Liberty l, saya langsung komunikasi dengan yang bersangkutan melalui radio Benoa, dia melihat kapalnya dihantam badai dan tenggelam. Gelombang cukup tinggi informasi tiga sampai lima meter, juga ada badai di laut," ujar kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Denpasar atau Basarnas Bali, Gede Darmada, di Kantor Basarnas, Bali, Rabu (27/10).

Tinggi gelombang dan badai itu, katanya, membuat Kapal KM Liberty l goyah meski merupakan kapal besi yang cukup kuat.

Baca Juga:
Kemenhub Fasilitasi Serah Terima Hak dan Asuransi Kematian Awak Kapal Korban di Mauritius

Soal pencarian tujuh ABK yang hilang, pihaknya akan melanjutkan itu pada esok hari dengan dibantu satu Kapal KRI dari Lanal Denpasar.

"Satu KRI dari Lanal Denpasar, infonya tadi dari Lanal Denpasar ada KRI di Surabaya yang digeser. Kita optimalkan pencarian dan sesuaikan dengan SAR MAP kita mengevaluasi setelah KM Arjuna sandar nanti," ujar Darmada.

Baca Juga:
Tim SAR Gabungan dari Kemenhub, Basarnas dan TNI-Polri Temukan 2 Korban Kapal Dewi Indah Noor 1 yang Tenggelam di Perairan Kepulauan Seribu

"Pencarian kita sampai sore ini dengan menggunakan dua buah Alut (alat utama) KN SAR Arjuna dan RIB (Rigid Inflatable Boat) hasil masih nihil," imbuh dia.

KM Liberty l lepas sandar dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/10) pukul 00.07 WIB dini hari.

Dalam perjalanan kapal ini diterpa badai di perairan Bali saat menuju Reo Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (23/10) pukul 22.07 Wita.

Enam orang selamat dan sembilan lainnya masih belum ditemukan.

Sembilan ABK yang hilang yakni, Dwi Harmianto (Mualim I), Khoirul Hudha (Mualim II), Rizki Adi Tama (Masinis II), Jeri Jepri (Juru Mudi), Sebastian Saga (Juru Minyak), Rivaldy Refly M (Juru Minyak), Matheis Maoni Teo (Serang), Petrus Rumahlewang (Opt Crane) dan Hadiq Zain (Koki).

Sementara, enam orang yang selamat di antaranya, Jacobus Wolonterry (Nakhoda), David Makatita (Masinis III), Arif Budi Ruhul L (Juru Mudi), Muhamad Jufri (Juru Mudi), Hanli Kiuk (Juru Minyak) dan Muhammad Ali (KKM).

2 ABK Ditemukan, Seorang Wafat

Perkembangan terbaru dari kecelaakan itu adalah Kapal SPOB Seroja 01 menemukan dua orang Anak Buah Kapal (ABK) KM Liberty I di Perairan Utara Bali, pada Rabu, (27/10) pukul 15.30 Wita.

Sebelumnya kapal dengan rute Kumai, Kalimantan Tengah menuju Pelabuhan Lembar, Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) ini menemukan korban pada koordinat 07°45.917"S - 115°21.321"E di Perairan Utara Bali.

Kepala Basarnas Bali, Gede Darmada, membenarkan penemuan dua orang ABK KM Liberty l tersebut. Dirinya menyebutkan bahwa laporan tersebut diterima Basarnas Bali dari agen Kapal KM Liberty Bapak Saifudin pada pukul 18.33 Wita.

"Dua orang tersebut atas nama Rivaldy Refly (sebagai) juru minyak dan Hadiq Zain sebagai (koki), saat ditemukan Rivaldy Refly masih dalam keadaan selamat namun Hadiq Zain sudah dalam keadaan meninggal dunia," kata Darmada, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/10) malam.

​​​​​Dengan hasil penemuan ini, Rencananya hari ini, Basarnas akan melaksanakan pencarian dilokasi ditemukannya korban dengan mengerahkan KN SAR Arjuna 229. Lokasi penemuan berjarak sekitar 40.56 NM dengan heading 51.29° dari Pelabuhan Celukan Bawang, Buleleng.

Dwkat Lokasi KRI Nanggala Tenggelam

Disisi lain, lokasi tenggelamnya KM Liberty 1, di perairan Bali Utara, ternyata berdekatan dengan hilangnya KRI Nanggala 402, yang menewaskan 53 awaknya, pada, Minggu 25 April 2021.

Diketahui, lokasi tersebut terdapat kawah yang berada di kedalaman 839 meter dengan diameter kurang lebih 38 meter. Kawah tersebut mempunyai kedalaman 10 hingga 15 meter.

Tenggelamnya KM Liberty dan hilangnya KRI Nanggala memunculkan kembali cerita rakyat dan mitos kisah mistis laut Bali Utara, yang masih menjadi urban legend hingga saat ini. Diketahui, laut Bali Utara, dikenal juga sebagai batas pemisah Pulau Jawa dan Bali.

Dalam cerita rakyat, disebutkan bahwa Pulau Jawa dengan Pulau Bali merupakan teritorial satu- kesatuan dan tidak terpisah seperti saat ini. Dengan terpisahnya antara kedua pulau ini, maka diantara pemisahan itu disebut selat Bali.

Diungkapkan cerita tersebut, daerah selat Bali adalah tempat keramat, karena merupakan tatanan daerah tempat suci yaitu adanya Pura Segara Rupek. Dimana, Pura Segara Rupek berada tepat di ujung hidung Pulau Bali, yang merupakan daerah teritorial kabupaten Buleleng.

Bahkan, di daerah ini setiap tahun diadakan upacara dan upacara pakelem yang disebut dengan sarana banten dirgayusa bumi dan tawur gentuh pada hari suci Anggara(Selasa), Umanis, Wuku Uye.

Dosen Universitas Warmadewa Denpasar I Ketut Sudiarta mengatakan, laut utara Bali merupakan perairan transisi antara Paparan Sunda yang terkenal dangkal dan Paparan Sahul yang dalam dan dasar laut yang turun curam atau palung.

Perairan Bali utara merupakan bagian Palung Bali-Flores karena palung itu menyambung dari Bali, Lombok hingga Flores. "Kedalamannya sekitar 700 sampai 900 meter, Lombok sampai 1,3 kilometer dan makin ke timur makin dalam," ujar Sudiarta, beberapa waktu lalu.

Kedalaman laut itu menjadikan TNI memilih perairan yang terletak di utara Buleleng itu sebagai lokasi latihan bagi alutsista milik TNI AL, terutama kapal selam.

Menurut Sudiarta, sudah lama TNI AL memblok wilayah itu sebagai daerah latihan kapal selam lama, termasuk Nanggala 402 dan kapal selam baru Alugoro. "Mulai dari Bayuwangi sampai utara Singaraja memang sudah lama ditetapkan sebagai daerah latihan TNI AL," ungkap dosen ilmu kelautan dan perikanan itu.

Dia memaparkan, arus di laut utara Bali masuk dalam perlintasan arus Arlindo (arus lintas Indonesia). Arus ini berasal dari Samudera Pasifik yang bergerak menuju Samudera Hindia.

Arus Arlindo menghasilkan fenomena downwelling atau arus yang bergerak dari permukaan menuju ke dasar perairan dapat sangat membahayakan, khususnya bagi aktivitas penyelaman, termasuk kapal selam. "Arus itu membawa apa pun ke bawah atau dasar perairan," tutup Sudiarta.