Ukraina Diserang: AS dan Polandia Berencana Kirim Jet Era Soviet untuk Ukraina

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 06/Mar/2022 13:58 WIB
foto:istimewa/REUTERS foto:istimewa/REUTERS

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Para pejabat AS tengah mempertimbangkan untuk melakukan kesepakatan dengan Polandia, supaya negara tersebut mengirim pesawat tempur era Soviet yang ada di negara mereka. Sebagai ganti, AS akan memberikan pesawat jet F-16 mereka, menurut laporan media AS.

Keputusan ini dibuat setelah AS melakukan rapat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan lebih dari 300 anggota kongres AS. Dalam rapat itu, Zelensky berkata, negaranya sangat membutuhkan pesawat.

Baca Juga:
Dubes Ukraina Sebut Tokoh Perjuangan RI Simbol Lawan Agresi Rusia

"Kami bekerja bersama Polandia tentang permasalahan ini dan akan berkonsultasi dengan sekutu-sekutu NATO kami," kata pejabat Gedung Putih kepada media AS, Minggu (06/05).

Pilot-pilot Ukraina dikatakan membutuhkan pesawat buatan Soviet, karena pelatihan mereka menggunakan sistem pesawat tersebut.

Baca Juga:
4 Presiden Negara Eropa Kunjungi Ukraina, Desak Putin Diadili

Dalam perkembangan lain, Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan dampak ekonomi global yang parah karena perang ini.

"Meskipun situasi masih sangat cair dan dampak ekonomi sangat tergantung pada situasi yang luar biasa ini, dampak ekonomi sudah sangat serius sekarang," kata IMF dalam pernyataan tertulis.

Baca Juga:
Rusia Geram Kapal Perang Rusak Parah, Diduga Dirudal Ukraina

Harga-harga energi dan komoditas telah naik, lanjut mereka. Sanksi kepada Rusia juga akan menimbulkan konsekuensi panjang.

Per hari ini, layanan finansial internasional Visa dan Mastercard mengumumkan menghentikan operasi mereka di Rusia.


Evakuasi massal gagal di Mariupol

Sementara itu, pasukan Rusia terus menembaki Kota Mariupol, setelah beberapa jam sebelumnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata, Sabtu (06/03). Aksi ini membuat rencana evakuasi massal kocar-kacir.

"Saya di Mariupol, di jalan. Saya dapat mendengar tembakan setiap tiga sampai lima menit sekali," kata Alexander, warga kota berusia 44 tahun.

Koridor hijau yang telah dipersiapkan supaya orang-orang bisa keluar dari kota ini tidak mengentikan tembakan ini.

"Saya melihat mobil-mobil orang yang mencoba kabur, berbalik kembali. Ini kacau."

Tiga jam setelah kesepakatan gencatan senjata seharusnya terjadi, pada 09.00 waktu setempat, otoritas Mariupol mengumumkan mereka menunda proses evakuasi massal karena serangan terus terjadi.

Ini seharusnya menjadi gencatan senjata pertama sejak Rusia menginvasi Ukraina sepuluh hari lalu.

Selama berhari-hari Mariupol - kota pelabuhan di Ukraina selatan - telah dikepung pasukan Rusia. Sementara itu, kota-kota lain di Ukraina terus dibombardir.


Presiden Ukraina kecam NATO 

Presiden Ukraina mengecam keputusan para pemimpin NATO karena kembali menolak memberlakukan zona larangan terbang atas pesawat-pesawat Rusia di negaranya.

Setelah bertemu dengan para menteri luar negeri di Brussel, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi itu telah membuat "keputusan yang menyakitkan" dengan mengesampingkan seruan zona larangan terbang di atas Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky marah atas keputusan itu. "Hari ini kepemimpinan aliansi [NATO] memberi lampu hijau untuk pemboman lebih lanjut di kota-kota dan desa-desa Ukraina."

"Semua orang yang mati mulai hari ini juga akan mati karena kalian, karena kelemahan kalian, karena kurangnya persatuan kalian," katanya.

Pertempuran sengit terus berlanjut di utara, timur dan selatan Ukraina.

Ibu Kota Kyiv menghadapi serangan rudal baru Rusia, dengan ledakan terdengar di sekitar ibu kota, sementara kota pelabuhan tenggara Mariupol telah dikepung dan ditembaki, dan pemboman berlanjut di kota-kota timur laut Kharkiv dan Chernihiv.


Serangan Rusia di PLTN makan korban jiwa

Sementara itu, dalam pertemuan darurat di Dewan Keamanan PBB, perwakilan AS mengatakan Rusia telah melakukan serangan yang sembrono terhadap pembangkit nuklir Ukraina, Zaporizhzhya, yang merupakan terbesar di Eropa pada Kamis malam (3/3).

Para pemimpin dunia juga menyebut serangan di PLTN sebagai hal yang "mengerikan, ceroboh dan tidak dapat diterima."

Pemantau internasional mengatakan tidak ada bahan radioaktif yang bocor dan reaktor itu masih aman.

Namun beberapa orang meninggal atau terluka dalam kebakaran yang terjadi akibat gempuran Rusia atas pembangkit nuklir tersebut, menurut kementerian luar negeri Ukraina.

Pasukan Rusia menguasai PLTN yang terletak di Ukraina selatan itu pada Jumat (04/03) setelah gempuran yang menyebabkan kebakaran.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan serangan Rusia terhadap PLTN Zaporizhzhya dapat menyebabkan kerusakan "enam kali lebih parah dari Chernobyls."

Kebakaran telah dipadamkan dan para pekerja memonitor PLTN Zaporizhzhia untuk memastikan keamanan dan tingkat radiasi dalam level normal, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Ukraina melalui Facebook.

Bila proses pendinginan bahan bakar nuklir terganggu, bisa terjadi kerusakan radioaktif dalam skala besar.

"Ribuan orang - termasuk warga sipil yang saat ini tiba bisa melakukan evakuasi dari daerah seputar PLTN - akan terdampak," kata pernyataan itu.

Badan pengawas nuklir PBB mengatakan sejauh ini tingkat radiasi dan keamanan reaktor tidak terganggu.

Namun para pakar nuklir mengatakan serangan itu menyebabkan situasi yang penuh risiko.

Bila reaktor dan gedung reaktor rusak, reaktor bisa menjadi panas dan meleleh. Radiasi PLTN dapat menyebar dan dampak mereka yang terpapar akan sangat parah dan lama, termasuk menyebabkan kanker.

Seperti yang diungkapkan presiden, kata pernyataan Kemenlu Ukraina, bencana nuklir di sana bisa lebih buruk dibandingkan Chernobyl and Fukushima.

"Rusia secara sadar melakukan serangan bersenjata ke pembangkit nuklir, tindakan yang melanggar semua perjanjian internasional dalam kerangka Badan Tenaga Atom Dunia, IAEA [International Atomic Energy Agency]," kata pernyataan itu.

Ukraina mendesak komunitas internasional untuk membantu pasukan Rusia angkat kaki dari wilayah itu untuk menjamin keamanan.


Pembicaraan lanjutan akhir pekan ini

Sementara itu, PBB mengatakan setengah juta anak-anak termasuk di antara 1,2 juta orang yang mengungsi dari Ukraina untuk menyelamatkan diri dari perang dalam lebih seminggu ini.

Badan pengungsi PBB memperkirakan aliran pengungsi masih terus mengalir ke negara-negara tetangga dan kemungkinan jumlah pengungsi dapat mencapai empat juta orang.

Polandia mengatakan lebih dari 700.000 mengungsi ke negara itu dan selebihnya menyebar ke Hungaria, Moldova, Slovakia dan Romania.

Puluhan ribu mengungsi ke negara Eropa lain, namun jumlah yang pasti sulit dimonitor.

Pada akhir pekan ini, para pejabat Ukraina dan Rusia akan mengadakan pembicaraan putaran ketiga, menurut penasehat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak.

Pembicaraan putaran pertama di perbatasan Ukraina-Belarus tak menghasilkan apapun.


Kesaksian warga di seputar PLTN


Seorang warga lokal yang tinggal di Zaporizhzhia mengatakan kepada BBC Radio 4 bahwa dia melihat pasukan militer Rusia menembaki dan melemparkan bom ke arah PLTN itu pada malam hari.

"Saya tahu bahwa salah satu bangunan di sana terbakar, tapi untungnya bangunan itu bukan stasiun nuklirnya, tapi tempat orang-orang yang tinggal di sana. Tentu saja, ini tetap sebuah berita buruk, tapi setidaknya yang terbakar bukan salah satu reaktor nuklir," kata warga yang berprofesi sebagai guru menari ini.

Dia juga berkata, "Ini mengkhawatirkan, bukan hanya bagi wilayah kami, tapi juga untuk Ukraina dan seluruh dunia, karena ini adalah PLTN terbesar di Eropa. Ini sangat gila, ini terorisme, tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya. Dunia harus berbuat sesuatu."

Pria ini juga mengatakan bahwa dia memiliki keluarga dan teman-teman di Rusia, dan orang kini terbagi menjadi dua kubu - mereka yang telah tercuci otaknya dan percaya Putin sedang mengusahakan perdamaian di Ukraina dan separuh yang lain yang "sangat takut dan sangat malu" atas tindakan Rusia.

Sebelumnya layanan darurat Ukraina melaporkan bahwa pertempuran telah memicu kebakaran di lantai tiga, empat, dan lima di sebuah bangunan di kompleks nuklir itu. Reaktornya tidak terdampak, namun api dikhawatirkan dapat menyebar jika tidak segera dipadamkan.

Jika reaktor sampai terbakar, seorang pakar nuklir mengatakan bahwa itu akan memicu bencana seperti yang terjadi di Chernobyl pada 1986.

Kebakaran di PLTN terbesar di Eropa itu juga telah mengakibatkan harga saham di Asia anjlok.

Dampaknya terutama dirasakan di Tokyo dan Hong Kong, dengan indeks acuan Jepang Nikkei turun 2,5% dan Hang Seng di Hong Kong turun 2,6%.

Harga minyak di Asia naik pada Jumat pagi (04/03), dengan minyak mentah Brent di atas $112 per barel.

Kekhawatiran beberapa investor sedikit mereda setelah pemerintah mengatakan PLTN berhasil diamankan.
Mengapa terjadi kebakaran?

Pada Jumat pagi (04/03) Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta pertolongan darurat setelah muncul laporan bahwa tentara Rusia telah menggempur PLTN Zaporizhzhia.

Dalam pidatonya di Kyiv, yang dilakukan secara mendadak pada dini hari waktu setempat, Zelensky memperingatkan kemungkinan adanya bencana nuklir.

"Eropa, tolong bangun dari tidur!" dia memohon.

"Pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa sedang kebakaran sekarang," seru Zelensky dalam video yang diunggah ke Twitter.

Dia juga menuduh Rusia secara sengaja menembaki reaktor nuklir di Zaporizhzhia menggunakan tank yang dilengkapi dengan pelacak thermal.

Memperingatkan "bencana global" Chernobyl pada 1986, dia mengatakan bahwa konsekuensi meledaknya Zaporizhzhia akan jauh lebih buruk.

"Propaganda Rusia di masa lalu telah memperingatkan bahwa mereka dapat menutupi seluruh dunia dengan debu nuklir. Sekarang, ini bukan sekadar peringatan, ini benar-benar terjadi," ujar dia.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan Direktur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dilaporkan telah berkomunikasi dengan tim Zelensky.

IAEA menyarankan untuk menghentikan operasi PLTN di sekitar area, dan memperingatkan akan bahaya besar bila salah satu reaktor terkena tembakan.

IAEA juga mendapat laporan dari Ukraina bahwa kebakaran tidak mempengaruhi peralatan penting dan tidak ada perubahan level radiasi yang terdeteksi.


Kota Mariupol jatuh ke tangan Rusia

Sebelumnya, warga kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, mengatakan kepada BBC bahwa mereka berusaha bertahan dari gempuran artileri Rusia yang menghantam kawasan permukiman dan memutus jaringan listrik dan air.

"Tidak ada penerangan, tak ada pemanas ruangan dan sekarang tidak ada air selama dua hari penuh dan persediaan makanan hampir habis," kata Maxim, 27, seorang pengembang IT yang berlindung di apartemen nenek dan kakeknya pada Kamis (03/03).

"Makanan dan obat-obatan tidak masuk ke Mariupol sekarang. Pemerintah berusaha menyalurkan roti dan air minum tapi sekarang sudah habis," katanya. "Saya sempat mengisi bak mandi sebelum saluran air mati."

Maxim meninggalkan apartemennya setelah invasi Rusia pekan lalu dan kemudian tinggal bersama kakek dan neneknya yang berusia 80-an tahun dan tidak bisa meninggalkan apartemen mereka di lantai enam.

Ketiganya berlindung di lorong apartemen, tanpa pemanas suhu di tengah musim dingin, dan bersembunyi dari tembakan.

Mariupol berpenduduk 400.000 jiwa.

Kota ini adalah sasaran strategis bagi Rusia karena dengan menguasainya maka kelompok pemberontak di Ukraina timur dapat bergabung dengan pasukan di Krimea di semenanjung selatan yang dicaplok Rusia pada tahun 2014.

Kementerian Pertahanan Rusia mendorong warga sipil untuk melarikan diri dari Mariupol selama jeda kemanusiaan, tetapi para warga mengatakan gempuran tidak pernah berhenti.

Wakil Wali Kota Mariupol, Sergiy Orlov, mengatakan kepada BBC bahwa seluruh jaringan air, sanitasi dan listrik sudah tidak berfungsi.

"Kami mempunyai 15 jaringan listrik utama dan semuanya putus. Semuanya putus, hancur karena tembakan artileri. Hanya suplai gas yang mengalir," katanya pada Kamis pagi (03/03).

Peningkatan gempuran terhadap Mauriupol terjadi ketika pasukan Rusia telah mengendalikan kota penting, Kherson, di Ukraina selatan setelah berlangsung pertempuran sengit, kata wali kota.

Igor Kolykhaev mengatakan serdadu Rusia memaksa masuk Balai Kota dan langsung memberlakukan jam malam di Kherson, kota pelabuhan yang berpenduduk lebih dari 280.000 jiwa.

Seorang warga setempat mengatakan sebagian warga kota mendekati serdadu Rusia dan meminta mereka untuk pergi.

"Orang-orang tidak takut pada tentara - di dalam jiwa kami, kami tidak takut dengan Rusia.

"Para serdadu mengatakan: 'Kami juga tidak suka dengan keadaan ini - kami tidak akan mengganggu Anda dan mungkin dalam beberapa hari ke depan kami akan pergi, kami menunggu perintah'.

"Dari perilaku mereka, terlihat mereka tidak senang di sini," kata seorang warga pada Kamis (03/03).

Warga lain di Kherson mengatakan penduduk memerlukan bantuan pangan dan banyak warga yang terluka memerlukan pertolongan medis yang tidak dapat diberikan di kota itu.

Penaklukan Kherson - kota yang terletak di pinggir Sungai Dnieper yang mengalir ke Laut Hitam- bermakna besar karena memungkinkan Rusia mendirikan basis militer di sana dalam upayanya masuk wilayah-wilayah lain.


Serangan di Kyiv, Kharkiv

Sementara itu, beberapa ledakan besar telah terdengar di ibu kota Ukraina Kyiv - seminggu setelah Rusia memulai invasi ke negara itu.

Setidaknya empat ledakan besar menerangi langit malam di Kyiv, yang direkam oleh para saksi di video pada Rabu 02/03).

Rekaman di media sosial menunjukkan bola api besar menerangi langit malam.

Tidak jelas apa target serangan itu, atau berapa banyak orang yang terluka.


Kasus dugaan kejahatan perang

Selagi pertempuran berlangsung, Kepala Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Khan, mengumumkan bahwa dirinya telah membuka penyelidikan mengenai potensi kejahatan perang yang dilakukan Rusia di Ukraina.

"Kantor saya telah menemukan dasar yang meyakinkan bahwa kejahatan di dalam yurisdiksi Pengadilan ini telah dilakukan. Kantor saya juga telah mengidentifikasi potensi kasus-kasus yang bakal dapat diterima," kata Khan.

Selain kemungkinan kejahatan perang, lanjut Khan, penyelidikan juga akan diarahkan ke kasus dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida oleh semua pihak dalam konflik ini. Penyelidikan juga akan mencakup pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014.

Beberapa saat sebelumnya, Majelis Umum PBB telah menggelar sesi darurat untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina serta menyerukan agar tentara Rusia ditarik mundur sesegera mungkin.

Dalam sesi darurat yang jarang dilakukan itu, sebanyak 141 negara mendukung kecaman terhadap Rusia dan hanya lima yang menentang resolusi, termasuk Suriah dan Korea Utara.

Lima negara abstain, termasuk China dan India.

Ukraina Diserang: AS dan Polandia Berencana Kirim Jet Era Soviet untuk Ukraina


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Para pejabat AS tengah mempertimbangkan untuk melakukan kesepakatan dengan Polandia, supaya negara tersebut mengirim pesawat tempur era Soviet yang ada di negara mereka. Sebagai ganti, AS akan memberikan pesawat jet F-16 mereka, menurut laporan media AS.

Keputusan ini dibuat setelah AS melakukan rapat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan lebih dari 300 anggota kongres AS. Dalam rapat itu, Zelensky berkata, negaranya sangat membutuhkan pesawat.

"Kami bekerja bersama Polandia tentang permasalahan ini dan akan berkonsultasi dengan sekutu-sekutu NATO kami," kata pejabat Gedung Putih kepada media AS, Minggu (06/05).

Pilot-pilot Ukraina dikatakan membutuhkan pesawat buatan Soviet, karena pelatihan mereka menggunakan sistem pesawat tersebut.

Dalam perkembangan lain, Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan dampak ekonomi global yang parah karena perang ini.

"Meskipun situasi masih sangat cair dan dampak ekonomi sangat tergantung pada situasi yang luar biasa ini, dampak ekonomi sudah sangat serius sekarang," kata IMF dalam pernyataan tertulis.

Harga-harga energi dan komoditas telah naik, lanjut mereka. Sanksi kepada Rusia juga akan menimbulkan konsekuensi panjang.

Per hari ini, layanan finansial internasional Visa dan Mastercard mengumumkan menghentikan operasi mereka di Rusia.


Evakuasi massal gagal di Mariupol

Sementara itu, pasukan Rusia terus menembaki Kota Mariupol, setelah beberapa jam sebelumnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata, Sabtu (06/03). Aksi ini membuat rencana evakuasi massal kocar-kacir.

"Saya di Mariupol, di jalan. Saya dapat mendengar tembakan setiap tiga sampai lima menit sekali," kata Alexander, warga kota berusia 44 tahun.

Koridor hijau yang telah dipersiapkan supaya orang-orang bisa keluar dari kota ini tidak mengentikan tembakan ini.

"Saya melihat mobil-mobil orang yang mencoba kabur, berbalik kembali. Ini kacau."

Tiga jam setelah kesepakatan gencatan senjata seharusnya terjadi, pada 09.00 waktu setempat, otoritas Mariupol mengumumkan mereka menunda proses evakuasi massal karena serangan terus terjadi.

Ini seharusnya menjadi gencatan senjata pertama sejak Rusia menginvasi Ukraina sepuluh hari lalu.

Selama berhari-hari Mariupol - kota pelabuhan di Ukraina selatan - telah dikepung pasukan Rusia. Sementara itu, kota-kota lain di Ukraina terus dibombardir.


Presiden Ukraina kecam NATO 

Presiden Ukraina mengecam keputusan para pemimpin NATO karena kembali menolak memberlakukan zona larangan terbang atas pesawat-pesawat Rusia di negaranya.

Setelah bertemu dengan para menteri luar negeri di Brussel, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi itu telah membuat "keputusan yang menyakitkan" dengan mengesampingkan seruan zona larangan terbang di atas Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky marah atas keputusan itu. "Hari ini kepemimpinan aliansi [NATO] memberi lampu hijau untuk pemboman lebih lanjut di kota-kota dan desa-desa Ukraina."

"Semua orang yang mati mulai hari ini juga akan mati karena kalian, karena kelemahan kalian, karena kurangnya persatuan kalian," katanya.

Pertempuran sengit terus berlanjut di utara, timur dan selatan Ukraina.

Ibu Kota Kyiv menghadapi serangan rudal baru Rusia, dengan ledakan terdengar di sekitar ibu kota, sementara kota pelabuhan tenggara Mariupol telah dikepung dan ditembaki, dan pemboman berlanjut di kota-kota timur laut Kharkiv dan Chernihiv.


Serangan Rusia di PLTN makan korban jiwa

Sementara itu, dalam pertemuan darurat di Dewan Keamanan PBB, perwakilan AS mengatakan Rusia telah melakukan serangan yang sembrono terhadap pembangkit nuklir Ukraina, Zaporizhzhya, yang merupakan terbesar di Eropa pada Kamis malam (3/3).

Para pemimpin dunia juga menyebut serangan di PLTN sebagai hal yang "mengerikan, ceroboh dan tidak dapat diterima."

Pemantau internasional mengatakan tidak ada bahan radioaktif yang bocor dan reaktor itu masih aman.

Namun beberapa orang meninggal atau terluka dalam kebakaran yang terjadi akibat gempuran Rusia atas pembangkit nuklir tersebut, menurut kementerian luar negeri Ukraina.

Pasukan Rusia menguasai PLTN yang terletak di Ukraina selatan itu pada Jumat (04/03) setelah gempuran yang menyebabkan kebakaran.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan serangan Rusia terhadap PLTN Zaporizhzhya dapat menyebabkan kerusakan "enam kali lebih parah dari Chernobyls."

Kebakaran telah dipadamkan dan para pekerja memonitor PLTN Zaporizhzhia untuk memastikan keamanan dan tingkat radiasi dalam level normal, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Ukraina melalui Facebook.

Bila proses pendinginan bahan bakar nuklir terganggu, bisa terjadi kerusakan radioaktif dalam skala besar.

"Ribuan orang - termasuk warga sipil yang saat ini tiba bisa melakukan evakuasi dari daerah seputar PLTN - akan terdampak," kata pernyataan itu.

Badan pengawas nuklir PBB mengatakan sejauh ini tingkat radiasi dan keamanan reaktor tidak terganggu.

Namun para pakar nuklir mengatakan serangan itu menyebabkan situasi yang penuh risiko.

Bila reaktor dan gedung reaktor rusak, reaktor bisa menjadi panas dan meleleh. Radiasi PLTN dapat menyebar dan dampak mereka yang terpapar akan sangat parah dan lama, termasuk menyebabkan kanker.

Seperti yang diungkapkan presiden, kata pernyataan Kemenlu Ukraina, bencana nuklir di sana bisa lebih buruk dibandingkan Chernobyl and Fukushima.

"Rusia secara sadar melakukan serangan bersenjata ke pembangkit nuklir, tindakan yang melanggar semua perjanjian internasional dalam kerangka Badan Tenaga Atom Dunia, IAEA [International Atomic Energy Agency]," kata pernyataan itu.

Ukraina mendesak komunitas internasional untuk membantu pasukan Rusia angkat kaki dari wilayah itu untuk menjamin keamanan.


Pembicaraan lanjutan akhir pekan ini

Sementara itu, PBB mengatakan setengah juta anak-anak termasuk di antara 1,2 juta orang yang mengungsi dari Ukraina untuk menyelamatkan diri dari perang dalam lebih seminggu ini.

Badan pengungsi PBB memperkirakan aliran pengungsi masih terus mengalir ke negara-negara tetangga dan kemungkinan jumlah pengungsi dapat mencapai empat juta orang.

Polandia mengatakan lebih dari 700.000 mengungsi ke negara itu dan selebihnya menyebar ke Hungaria, Moldova, Slovakia dan Romania.

Puluhan ribu mengungsi ke negara Eropa lain, namun jumlah yang pasti sulit dimonitor.

Pada akhir pekan ini, para pejabat Ukraina dan Rusia akan mengadakan pembicaraan putaran ketiga, menurut penasehat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak.

Pembicaraan putaran pertama di perbatasan Ukraina-Belarus tak menghasilkan apapun.


Kesaksian warga di seputar PLTN


Seorang warga lokal yang tinggal di Zaporizhzhia mengatakan kepada BBC Radio 4 bahwa dia melihat pasukan militer Rusia menembaki dan melemparkan bom ke arah PLTN itu pada malam hari.

"Saya tahu bahwa salah satu bangunan di sana terbakar, tapi untungnya bangunan itu bukan stasiun nuklirnya, tapi tempat orang-orang yang tinggal di sana. Tentu saja, ini tetap sebuah berita buruk, tapi setidaknya yang terbakar bukan salah satu reaktor nuklir," kata warga yang berprofesi sebagai guru menari ini.

Dia juga berkata, "Ini mengkhawatirkan, bukan hanya bagi wilayah kami, tapi juga untuk Ukraina dan seluruh dunia, karena ini adalah PLTN terbesar di Eropa. Ini sangat gila, ini terorisme, tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya. Dunia harus berbuat sesuatu."

Pria ini juga mengatakan bahwa dia memiliki keluarga dan teman-teman di Rusia, dan orang kini terbagi menjadi dua kubu - mereka yang telah tercuci otaknya dan percaya Putin sedang mengusahakan perdamaian di Ukraina dan separuh yang lain yang "sangat takut dan sangat malu" atas tindakan Rusia.

Sebelumnya layanan darurat Ukraina melaporkan bahwa pertempuran telah memicu kebakaran di lantai tiga, empat, dan lima di sebuah bangunan di kompleks nuklir itu. Reaktornya tidak terdampak, namun api dikhawatirkan dapat menyebar jika tidak segera dipadamkan.

Jika reaktor sampai terbakar, seorang pakar nuklir mengatakan bahwa itu akan memicu bencana seperti yang terjadi di Chernobyl pada 1986.

Kebakaran di PLTN terbesar di Eropa itu juga telah mengakibatkan harga saham di Asia anjlok.

Dampaknya terutama dirasakan di Tokyo dan Hong Kong, dengan indeks acuan Jepang Nikkei turun 2,5% dan Hang Seng di Hong Kong turun 2,6%.

Harga minyak di Asia naik pada Jumat pagi (04/03), dengan minyak mentah Brent di atas $112 per barel.

Kekhawatiran beberapa investor sedikit mereda setelah pemerintah mengatakan PLTN berhasil diamankan.
Mengapa terjadi kebakaran?

Pada Jumat pagi (04/03) Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta pertolongan darurat setelah muncul laporan bahwa tentara Rusia telah menggempur PLTN Zaporizhzhia.

Dalam pidatonya di Kyiv, yang dilakukan secara mendadak pada dini hari waktu setempat, Zelensky memperingatkan kemungkinan adanya bencana nuklir.

"Eropa, tolong bangun dari tidur!" dia memohon.

"Pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa sedang kebakaran sekarang," seru Zelensky dalam video yang diunggah ke Twitter.

Dia juga menuduh Rusia secara sengaja menembaki reaktor nuklir di Zaporizhzhia menggunakan tank yang dilengkapi dengan pelacak thermal.

Memperingatkan "bencana global" Chernobyl pada 1986, dia mengatakan bahwa konsekuensi meledaknya Zaporizhzhia akan jauh lebih buruk.

"Propaganda Rusia di masa lalu telah memperingatkan bahwa mereka dapat menutupi seluruh dunia dengan debu nuklir. Sekarang, ini bukan sekadar peringatan, ini benar-benar terjadi," ujar dia.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan Direktur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi dilaporkan telah berkomunikasi dengan tim Zelensky.

IAEA menyarankan untuk menghentikan operasi PLTN di sekitar area, dan memperingatkan akan bahaya besar bila salah satu reaktor terkena tembakan.

IAEA juga mendapat laporan dari Ukraina bahwa kebakaran tidak mempengaruhi peralatan penting dan tidak ada perubahan level radiasi yang terdeteksi.


Kota Mariupol jatuh ke tangan Rusia

Sebelumnya, warga kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, mengatakan kepada BBC bahwa mereka berusaha bertahan dari gempuran artileri Rusia yang menghantam kawasan permukiman dan memutus jaringan listrik dan air.

"Tidak ada penerangan, tak ada pemanas ruangan dan sekarang tidak ada air selama dua hari penuh dan persediaan makanan hampir habis," kata Maxim, 27, seorang pengembang IT yang berlindung di apartemen nenek dan kakeknya pada Kamis (03/03).

"Makanan dan obat-obatan tidak masuk ke Mariupol sekarang. Pemerintah berusaha menyalurkan roti dan air minum tapi sekarang sudah habis," katanya. "Saya sempat mengisi bak mandi sebelum saluran air mati."

Maxim meninggalkan apartemennya setelah invasi Rusia pekan lalu dan kemudian tinggal bersama kakek dan neneknya yang berusia 80-an tahun dan tidak bisa meninggalkan apartemen mereka di lantai enam.

Ketiganya berlindung di lorong apartemen, tanpa pemanas suhu di tengah musim dingin, dan bersembunyi dari tembakan.

Mariupol berpenduduk 400.000 jiwa.

Kota ini adalah sasaran strategis bagi Rusia karena dengan menguasainya maka kelompok pemberontak di Ukraina timur dapat bergabung dengan pasukan di Krimea di semenanjung selatan yang dicaplok Rusia pada tahun 2014.

Kementerian Pertahanan Rusia mendorong warga sipil untuk melarikan diri dari Mariupol selama jeda kemanusiaan, tetapi para warga mengatakan gempuran tidak pernah berhenti.

Wakil Wali Kota Mariupol, Sergiy Orlov, mengatakan kepada BBC bahwa seluruh jaringan air, sanitasi dan listrik sudah tidak berfungsi.

"Kami mempunyai 15 jaringan listrik utama dan semuanya putus. Semuanya putus, hancur karena tembakan artileri. Hanya suplai gas yang mengalir," katanya pada Kamis pagi (03/03).

Peningkatan gempuran terhadap Mauriupol terjadi ketika pasukan Rusia telah mengendalikan kota penting, Kherson, di Ukraina selatan setelah berlangsung pertempuran sengit, kata wali kota.

Igor Kolykhaev mengatakan serdadu Rusia memaksa masuk Balai Kota dan langsung memberlakukan jam malam di Kherson, kota pelabuhan yang berpenduduk lebih dari 280.000 jiwa.

Seorang warga setempat mengatakan sebagian warga kota mendekati serdadu Rusia dan meminta mereka untuk pergi.

"Orang-orang tidak takut pada tentara - di dalam jiwa kami, kami tidak takut dengan Rusia.

"Para serdadu mengatakan: 'Kami juga tidak suka dengan keadaan ini - kami tidak akan mengganggu Anda dan mungkin dalam beberapa hari ke depan kami akan pergi, kami menunggu perintah'.

"Dari perilaku mereka, terlihat mereka tidak senang di sini," kata seorang warga pada Kamis (03/03).

Warga lain di Kherson mengatakan penduduk memerlukan bantuan pangan dan banyak warga yang terluka memerlukan pertolongan medis yang tidak dapat diberikan di kota itu.

Penaklukan Kherson - kota yang terletak di pinggir Sungai Dnieper yang mengalir ke Laut Hitam- bermakna besar karena memungkinkan Rusia mendirikan basis militer di sana dalam upayanya masuk wilayah-wilayah lain.


Serangan di Kyiv, Kharkiv

Sementara itu, beberapa ledakan besar telah terdengar di ibu kota Ukraina Kyiv - seminggu setelah Rusia memulai invasi ke negara itu.

Setidaknya empat ledakan besar menerangi langit malam di Kyiv, yang direkam oleh para saksi di video pada Rabu 02/03).

Rekaman di media sosial menunjukkan bola api besar menerangi langit malam.

Tidak jelas apa target serangan itu, atau berapa banyak orang yang terluka.


Kasus dugaan kejahatan perang

Selagi pertempuran berlangsung, Kepala Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Khan, mengumumkan bahwa dirinya telah membuka penyelidikan mengenai potensi kejahatan perang yang dilakukan Rusia di Ukraina.

"Kantor saya telah menemukan dasar yang meyakinkan bahwa kejahatan di dalam yurisdiksi Pengadilan ini telah dilakukan. Kantor saya juga telah mengidentifikasi potensi kasus-kasus yang bakal dapat diterima," kata Khan.

Selain kemungkinan kejahatan perang, lanjut Khan, penyelidikan juga akan diarahkan ke kasus dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida oleh semua pihak dalam konflik ini. Penyelidikan juga akan mencakup pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014.

Beberapa saat sebelumnya, Majelis Umum PBB telah menggelar sesi darurat untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina serta menyerukan agar tentara Rusia ditarik mundur sesegera mungkin.

Dalam sesi darurat yang jarang dilakukan itu, sebanyak 141 negara mendukung kecaman terhadap Rusia dan hanya lima yang menentang resolusi, termasuk Suriah dan Korea Utara.

Lima negara abstain, termasuk China dan India.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan sangat berterima kasih kepada 141 negara yang mendukung resolusi PBB ini. Zelensky mengatakan, Majelis Umum PBB telah memilih pihak yang benar dalam sejarah.

Duta besar Amerika Serikat untuk PBB mengatakan keputusan ini mencerminkan dukungan yang luar biasa, baik terhadap Ukraina maupun Piagam PBB.(amt/sumber:bbc.com)