Lulusan SPM Batam dan BP2IP Tangerang ini Berharap Pemerintah Perhatikan Kesejahteraan Pelaut, Gaji Jangan Habis hanya untuk Urus Sertifikat

  • Oleh : Ahmad

Minggu, 13/Des/2020 19:16 WIB
Sunandar, Pelaut asal Bone, Sulawesi Selatan. Foto:istimewa/dok Sunandar, Pelaut asal Bone, Sulawesi Selatan. Foto:istimewa/dok

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Menjadi pelaut itu butuh nyali yang sangat besar, siap berjuang untuk mengarungi lautan lepas, jauh dari keluarga hingga keselamatan dan terkadang mendapatkan hasil yang kurang memuaskan.

Seperti kisah Sunandar (28),  pelaut lajang asal Bone, Sulawesi Selatan, yang standby dan sedang merevalidasi dokumen. Dia ditemui saat mampir bersilaturahmi di Kantor Sekretariat Serikat Awak Kapal Transportasi Indonesia (SAKTI) Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Baca Juga:
BPSDMP Bersama ITC Tingkatkan Bahasa Inggris Taruna Kemenhub

Kantor Sekretariat SAKTI di Jln Tenggiri No 103B, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Baca Juga:
Cris Kuntadi Raih Gelar Professor dari Universiti Geomatika Malaysia

Ia mengisahkan kali pertama jadi pelaut bermula  setelah lulus dari Sekolah Pelayaran Menengah (SPM) di Batam dan melanjutkan dengan mengambil diklat di BP2IP Tangerang

"Saya lulusan sekolah pelayaran di SPM Batam, lalu ikut diklat di BP2IP Tangerang untuk mendapatkan ijazah Ahli Nautika Tingkat Dasar (ANT - D). Pengalaman perdana berlayar dengan mengikuti Praktik Layar (Prala)," ungkapnya kepada BeritaTrans.com dan aksi.id Jumat (11/12/2020).

Baca Juga:
Sesjen Kemenhub Lantik 5 Pejabat Eselon II, 24 Eselon III dan 14 Eselon IV

(Foto: Ilustrasi/dok ahmad)

Ia meningkatkan ijazahnya menjadi ANT - IV Management di BP2IP Tangerang di tahun 2017. dan sekarang bekerja di perusahaan swasta di kapal tugboat.

"Di BP2IP saya tingkatkan ijazah menjadi ANT-IV Management. Di Tahun 2017-2018 saya bekerja di kapaltugboat membawa tongkang batubara di daerah Kalimantan. Saat ini berpengalaman di kapal jenis Self Propelled Oil Barge (SPOB) dari Tahun 2019 hingga sekarang, dan gaji Rp5 Juta," tuturnya.

Pengalaman berlayar pun sudah ke luar negeri. Hampir seluruh perairan di Asia Tenggara sudah ia jelajahi.

Ia pun menuturkan misalnya di tengah lautan ada kru yang sakit ringan mereka sudah menyiapkan obat-obatan serta P3&K, namu bila terjadi kecelakaan kerja maka dilakukan pertolongan pertama yang dilakukan hingga bersandar dan memberitahukan kantor lalu dibawa ke rumah sakit

"Harapan saya dan mungkin para pelaut lainnya kepada pihak-pihak yang berwenang seperti Kementerian Perhubungan serta perusahaan yang mempekerjakan pelaut agar menghargai perjuangan dan memperhatikan kesejahteraan para pekerja di laut, ucapnya.

"Untuk pemerintah mohon permudah kepengurusan dokumen, jangan sampai gaji kami habis hanya untuk perbarui atau validasi sertifikat. Dan bagi perusahaan atau owner jangan menghilangkan premi atau insentif kami saat telat ketika bersandar juga tindaklah oknum yang memperlambat gaji padahal dari perusahaan atau owner sudah membayarkan kewajibannya, " tutupnya.(ahmad)