Aksi Penyerangan Penumpang Kereta Jepang, Pelaku Berkostum Joker: Minta Diberi Hukuman Mati

  • Oleh : Fahmi

Senin, 01/Nov/2021 16:49 WIB
Penyerangan oleh pelaku berkostum halloween joker di kereta Tokyo, Jepang (31/10/2021). Penyerangan oleh pelaku berkostum halloween joker di kereta Tokyo, Jepang (31/10/2021).

TOKYO (BeritaTrans.com) - Kepolisian telah memeriksa laki-laki berkostum karakter joker yang melakukan penyerangan di stasiun kereta Tokyo, Jepang pada Ahad (31/10/2021) malam. 

Pelaku diketahui menikam dan menyiramkan cairan asam pada belasan orang. Polisi Jepang menyebut, pelaku menyatakan kekagumannya pada penjahat dalam komik Batman yang terkenal itu. 

Baca Juga:
Pria Ditabrak Kereta Api, Tubuh Terseret hingga Stasiun Mojokerto

Melansir South China Morning Post, laki-laki berusia 24 tahun itu juga mengaku sengaja ingin membunuh dan meminta hukuman mati. 

Insiden penyerangan itu memicu kepanikan dan kekacauan di negara di mana kejahatan kekerasan jarang terjadi. 

Baca Juga:
Pogres Pembangunan Jalur Ganda Mojokerto-Sepanjang Capai 91,89 Persen

Tayangan stasiun televisi lokal menunjukkan penumpang lain ketakutan berlari dalam gerbong kereta berusaha melarikan diri dari pelaku. 

Seorang penumpang laki-laki berusia 70-an berada dalam kondisi kritis setelah ditikam di dada. 

Baca Juga:
Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api di Mojokerto-Sepanjang Segera Tuntas

Serangan itu terjadi saat masyarakat datang ke pusat kota untuk menghadiri perayaan Halloween. 

"Dengan pisau yang dibawanya, pria itu menikam sisi kanan dada seorang penumpang pria berusia 70-an yang duduk di kereta, tetapi tidak dapat mencapai tujuannya (membunuh)," kata juru bicara kepolisian Tokyo, dikutip dari South China Morning Post. 

Sebelum serangan hari Ahad, tersangka dilaporkan berjalan di sekitar distrik Shibuya Tokyo dengan kostum Halloween.  

“Awalnya, saya pikir itu berhubungan dengan Halloween. Tetapi saya bergegas pergi, ketika seorang pria membawa pisau panjang masuk. Saya sangat beruntung tidak terluka,” tutur seorang saksi kepada NHK. 

Sementara, saksi lainnya mengatakan pelaku melakukan penyerangan tanpa menunjukkan emosi apa pun. 

"Dia memegang pisau dan mulai menyebarkan cairan asam. Dia melakukan tindakan ini tanpa menunjukkan emosi apa pun, hanya secara mekanis,” ujar saksi kedua. 

Korban lain dalam insiden itu berusia antara remaja hingga 60-an. Selain lansia yang terluka parah, 16 korban lainnya mengalami luka ringan. 

Aparat setempat telah menangkap pelaku penyerangan yang mengaku bernama Kyota Hattori. 

Video yang tayang di media lokal menampakkan pelaku merokok serta mengenakan setelan ungu dengan kemeja hijau cerah dan dasi. 

"Pelaku mengatakan kepada polisi bahwa dia ingin menerima hukuman mati dengan membunuh seseorang," beber pihak kepolisian. 

Kepada polisi, pelaku mengatakan bahwa ia mengagumi Joker. Ia juga mengaku "gagal dalam pekerjaan dan persahabatan dan ingin mati, tetapi tidak bisa mati sendiri”. 

Seperti diketahui, karakter Joker adalah musuh bebuyutan pahlawan komik Batman. Joker dianggap sebagai salah satu psikopat paling terkenal dalam sejarah buku komik. 

Selain merujuk pada Joker, pelaku juga disebut belajar dari serangan penusukan di kereta komuter di Tokyo pada bulan Agustus silam. 

Dalam serangan itu, sembilan orang terluka, salah satunya serius. Dalam serangan terpisah di stasiun Tokyo, dua orang menderita luka bakar akibat cairan asam pada bulan yang sama. 

Yoko Tsukamoto, seorang profesor keperawatan di Health Sciences University of Hokkaido, menyatakan kekhawatirannya mengenai kaum muda Jepang. 

“Karena pandemi, anak muda tidak bisa keluar, banyak yang kuliah dari rumah atau kehilangan pekerjaan dan mengalami kesulitan keuangan,” ujar Tsukamoto. 

“Jadi mereka merasa terisolasi dan kami melihat semakin banyak masalah kesehatan mental, terutama pada kelompok usia 18 hingga 24 tahun,” imbuhnya. 

Selain beberapa insiden penyerangan fisik, ada pula sejumlah kejadian pelecehan seksual di tempat umum. 

Sebuah studi baru-baru ini oleh Institut Penyakit Menular Nasional Jepang menemukan bahwa hampir 50 persen orang kelompok muda Jepang mengalami masalah kesehatan mental.(fh/sumber:kompas)