Warga Ukraina dengan Pengetahuan Militer dan Sipil Pulang untuk Berperang dan Melihat Keluarga

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 02/Mar/2022 02:07 WIB
foto:istimewa foto:istimewa

UKRAINA (BeritaTrans.com) - Warga Ukraina dari seluruh penghujung dunia kembali untuk berjuang menghadapi invasi Rusia membawa peralatan yang ada ketika berusaha melewati perbatasan di Polandia.

Berjalan di Bandara Doha dini hari, tubuh Andrii Zadorozhnyi terbungkus bendera Ukraina. Ia sangat ingin kembali ke negara asalnya.

Baca Juga:
Dubes Ukraina Sebut Tokoh Perjuangan RI Simbol Lawan Agresi Rusia

Andrii yang bekerja di PBB Nepal paham bahwa ketika sudah memasuki Ukraina, tidak ada lagi jalan untuk kembali.

Namun misi utamanya dilandasi keinginan pribadi yang menurutnya sangat penting.

Baca Juga:
4 Presiden Negara Eropa Kunjungi Ukraina, Desak Putin Diadili

"Yang saya inginkan sekarang adalah untuk bisa berada di negara saya [Ukraina]," katanya.

    "Diktator kejam dari Rusia ini sudah melakukan hal yang sangat buruk. Dia sudah mempersatukan negara kami, hal yang tidak pernah dilakukan oleh presiden-presiden negeri kami sebelumnya.

Baca Juga:
Rusia Geram Kapal Perang Rusak Parah, Diduga Dirudal Ukraina

"Inilah alasan lainnya mengapa kami akan menang."

Dari berbagai belahan dunia, warga Ukraina mulai kembali untuk berjuang mempertahankan tanah dan juga masa depan mereka.

Andrii terbang dari Doha ke ibukota Polandia Warsawa, mengambil beberapa pasokan, dan kemudian menaiki bus malam menuju perbatasan. Kini ia berada di Ukraina Barat.

Dia mengatakan alasannya pertamanya pulang adalah untuk bertemu dengan keluarganya, kedua adalah mendukung teman-temannya, dan "bila perlu" mengangkat senjata untuk berjuang.

Ada banyak orang seperti Andrii.

Bagi banyak warga Ukraina yang dalam perjalanan pulang, terminal West Warsawa adalah pemberhentian terakhir sebelum menuju ke perbatasan Polandia-Ukraina.

Terminal ini dipenuhi warga Ukraina yang melarikan diri dari perang dengan naik bus. Bus yang sama kemudian mengantar para pria kembali ke perbatasan.

Hari itu, bus diisi dengan sekelompok pekerja asal Jerman, seorang pelaut yang meninggalkan kapalnya di Amerika Serikat, dan seorang tentara cadangan yang sedang berada di Arab Saudi.

Semuanya adalah warga Ukraina yang kembali demi mempertahankan negara mereka.


'Seperti reaksi alami'

Oleksandr Petrov berasal dari Crimea wilayah yang dikuasai Rusia sejak tahun 2014.

Sebelumnya Oleksandr adalah tentara angkatan udara yang sekarang menjadi tentara cadangan.

"Saya datang dari Arab Saudi. Ketika invasi dimulai, saya meminta perusahaan saya untuk menyediakan tiket pulang dan perusahaan melakukannya untuk saya," katanya.

"Ketika ada agresi asing, ini seperti reaksi alami, reflek. Kami menyadari bahwa sejarah negeri kami sedang ditulis kembali.

"Ini halaman buku yang besar dan saya tidak senang halaman buku sejarah ditulis dengan huruf berdarah. Ini hal yang buruk namun itulah kehidupan."

Oleksandr kesal dengan durasi perjalanan pulang yang terhitung lambat dan khawatir karena tidak mendengar kabar mengenai beberapa saudara laki-lakinya yang bergabung dengan militer selama beberapa hari terakhir.

Sama seperti yang lain, dia berencana naik bus ke perbatasan, masuk ke Ukraina dan bergabung dengan unit militer pertama yang dijumpainya.

Handphone Oleksandr terus berdering dengan panggilan dari teman-teman dan rekam kerjanya yang juga sedang merencanakan perjalanan pulang.

Dia tidak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya yang masih berada di luar Ukraina.

Warga Ukraina tahu mahalnya nilai kemerdekaan, katanya, dan "sekarang kami harus siap membayarnya".

Oleksandr sudah pernah bertempur dan mendapatkan pelatihan militer namun di terminal bus di Polandia tersebut, banyak warga Ukraina yang melakukan perjalanan dengannya tidak punya pengalaman militer sama sekali.

"Sebenarnya saya adalah pelaut dan masih dalam kontrak, dan saya datang dari Amerika Serikat," kata Oleh Novikov.

"Rumah saya di Marioupol dikelilingi oleh Rusia. Istri, anak saya ada di dalamnya. jadi saya tidak bisa di luar, saya harus pulang.

"Saya akan bergabung dengan unit militer terdekat. Saya ingin berjuang. Saya tidak punya pengalaman. Saya warga sipil."

Diperkirakan ada sedikitnya dua juta warga Ukraina yang bekerja di luar negeri dan sekitar 70 persen di antara mereka adalah pria.

Seorang bapak dan anak laki-lakinya sedang menunggu bus setelah mereka meninggalkan Ukraina seminggu lalu.

Mereka datang ke Polandia untuk mencari kerja dan mengirim uang ke rumah namun sekarang kembali untuk berjuang.

Mereka memenuhi panggilan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang mendesak seluruh warga Ukraina untuk mengangkat senjata dan berjuang menentang invasi Rusia.

Presiden Zelenskyy juga menyerukan warga asing untuk datang dan berjuang - bagi "seluruh warga dunia'"- untuk bergabung dalam unit militer asing dan berjuang "bahu membahu dengan warga Ukraina untuk melawan penjahat perang Rusia".


Pesan dari garis depan pertempuran

Mereka yang mau berjuang, tidak mendapat jaminan perlengkapan militer, obat-obatan dan makanan, karenanya banyak peralatan militer yang dibawa dari Polandia dengan bus melintasi perbatasan.

Di terminal bus di Warsawa, beberapa pria yang ditanyai menolak membeberkan isi tas mereka.

Toko penjualan peralatan militer ramai dikunjungi orang dan beberapa peralatan juga habis terjual dan mereka juga enggan mengatakan apa saja yang sudah habis terjual.

Perempuan yang mengungsi dari Ukraina menyebarkan informasi mengenai apa yang sedang terjadi di dalam Ukraina dan mendesak mereka yang hendak pulang untuk membawa lebih banyak peralatan.

Ola Reminna berdiri bersama Oleh. Ola baru datang dari kota aslanya Dnipro, sedangkan Oleh hendak kembali ke kota asalnya Mariupol.

Dengan air mata berlinang, Ola berbicara mengenai para relawan yang tewas tanpa pakaian pelindung.

"Mereka yang bergabung dengan militer, mereka jadi korban karena mereka tidak punya rompi dan pelindung kepala," katanya.

"Saya kira hal yang paling penting bagi mereka yang berjuang adalah rompi anti peluru, itulah pesan yang mereka sampaikan di garis depan."

Ketika melewati perbatasan, Andrii membawa peralatan militer di musim dingin untuk tiga orang. Dia mengatakan sekarang bukan waktunya untuk mengkhawatirkan soal simpanan uangnya.

Bila dia tidak membeli peralatan sekarang untuk membantu, "di masa depan bisa jadi sudah terlambat".

"Logistik tidaklah bagus sekarang ini. Kami kekurangan banyak kebutuhan pokok seperti roti, teh, gula, rokok dan kebutuhan dasar lain bagi tentara," katanya.

"Jadi apa yang dilakukan orang di sini adalah membeli segala sesuatu yang mungkin dan mengirimkannya dengan bus, dengan mobil pribadi ke daerah lain."

Bahkan mereka yang tidak siap bertempur juga berusaha membeli pasokan untuk membantu mereka yang sedang bertempur.


'Ukraina seperti gerbang ke Eropa'

Sama seperti Andrii, Mykhailo juga membawa bendera Ukraina yang dibalutkan ke tubuhnya.

Dia baru berusia 19 tahun dan belajar Hukum dan Studi mengenai Eropa di universitas.


Dia dan temannya Igor menghabiskan waktu seharian membeli ransel yang diisi dengan kebutuhan yang cukup bagi satu orang tentara.

Mereka mengatakan ransel itu cukup untuk bertahan di tengah musim dingin dan tetap berjuang.

Mereka juga membeli 100 kacamata taktis - sesuatu yang mereka dengarkan dibutuhkan di Ukraina.

Mereka merasa bahwa bantuan apapun yang bisa mereka lakukan pasti akan berguna.

"Ini bukan sekadar perang antara Ukraina dan Rusia. Ini adalah antara demokrasi dan totalitarian," kata Igor yang juga adalah mahasiswa Ilmu mengenai Eropa.

"Semua orang di dunia harus mengetahui bahwa ini bukan sekadar perang Ukraina."

Mereka akan kembali ke Ukraina tanpa merasa khawatir akan keselamatan mereka sendiri karena mereka ingin mempertahankan tanah air mereka.

"Rusia ingin menguasai kami karena Ukraina adalah seperti gerbang ke seluruh Eropa," kata Oleksandr.

"Putin, pemimpin Rusia, hanya tahu soal kekuasaan. Bila kami berjuang, dia akan mengerti ini."

Pengamat mengatakan bahwa Rusia menghadapi tentangan lebih besar untuk menguasai ibu kota Kyiv dari dugaan semula, dan pasukan Ukraina sudah berhasil menahan majunya tentara Rusia.

Andrii mengatakan mempersiapkan hal kecil seperti membeli pasokan sampai hal besar seperti menyeberangi beberapa lautan saat kembali untuk membela negara akan menjadi faktor menentukan dalam konflik ini.

Dia mengatakan warga Ukraina tahu betul alasan mereka berjuang dan negara itu sangat bersatu dalam perjuangan mereka.

 "Ukraina adalah negara yang sangat kuat dan kekuatan bukan sekadar jumlah senjata yang kami punyai, tapi soal warga, kekuatan, semangat dan keberanian mereka," katanya.

"Rakyat adalah kekuatan kami. Rakyat biasa.".(amt/sumber:abc.net.au)